Sabtu, 17 Oktober 2015

proposal inovasi pembelajaran

PROPOSAL INOVASI PEMBELAJARAN
Pengembangan Model Pembelajaran GeLeM  (Green Learning Method) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan di SMAN 1 Arjawinangun
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran
Dosen Pengampu        : Evi Roviati, S.Si, M.Pd


 







Disusun Oleh
Lu’lu’ Mukhoyyaroh
Nopan Dwi Santoso
Nurulloh Toyibah Tulloh

Biologi B/VI
Kelompok 2


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2015



Pengembangan Model Pembelajaran GeLeM terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan di SMAN 1 Arjawinangun

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembelajaran memerlukan berbagai inovasi yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai kemanusiaan dan hakikat pendidikan. Pembelajaran Sains di Perguruan Tinggi idealnya mengacu pada Pendidikan Sains Nasional Amerika (Rahman et all. 2008) yang menyarankan agar dalam proses pembelajaran dosen menyiapkan metode yang lebih memperhatikan pada keterampilan teknik pengambilan keputusan, teori, dan penalaran. Adapun pengembangan profesionalisme harus memberikan pengalaman kepada calon guru sehingga dapat membangun pengetahuan, pengertian, dan kecakapan. Carin dan Evans dalam Rustaman (2010), menyatakan bahwa sains mengandung empat hal yaitu produk, proses, sikap dan teknologi.
Kondisi riil dari pembelajaran biologi di SMAN 1 Arjawinangun belum sepenuhnya mencerminkan suatu pembelajaran sains sesuai hakikatnya yaitu pembelajaran yang tidak hanya mengutamakan produk tetapi juga proses serta sikap ilmiah. Akan tetapi dalam proses pembelajaran belum mengeksplorasi sumber belajar dari lingkungan atau alam sekitar. Siswa kurang berinteraksi dengan lingkungan aslinya. Padahal pengalaman berinteraksi dengan lingkungan dalam mengeksplorasi secara langsung dilingkungan riil akan menjadi pengalaman yang sangat berharga dan menyadarkan kepada siswa sekaligus guru untuk mencintai dan merawat lingkungan. Proses pembelajaran mata pelajaran Biologi memerlukan sumber/media belajar yang relevan. Alam sebagai sebagai tempat atau rumah makhluk hidup secara otomatis akan menjadi objek kajian siswa pada pelajaran Biologi. Pembelajaran di alam merupakan pembelajaran yang kontekstual untuk memberikan gambaran secara riil objek kajian yang akan dipelajari. Selain itu pembelajaran berbasis natural resources memberikan nuansa positif untuk mengubah paradigma belajar dari tekstual menjadi kontekstual. Belajar tidak hanya di dalam kelas dengan menggunakan media cetak dan elektronik, tetapi juga dapat dilakukan dengan pendekatan observational learning berbasis alam. Pendekatan ini mendorong mahasiswa untuk untuk lebih memaknai metode ilmiah dan sikap ilmiah. Green learning adalah metode pengembangan pembelajaran dengan mengajarkan tentang hakikat lingkungan kepada mahasiswa. Konsep green learning diinspirasi oleh adanya stagnansi di dalam mengembangkan sikap positif terhadap lingkungan hidup, kurangnya partisipasi dan peran dalam aktivitas-aktivitas lingkungan hidup. Lingkungan dan ekologi mencakup bagaimana menjaga lingkungan, mencintai lingkungan ini, apa saja dampak buruk akibat rusaknya lingkungan dan pemanasan global.
Karakteristik lingkungan yang berbeda memberikan pengalaman belajar yang berbeda bagi mahasiswa. Hutan yang merupakan sumber belajar lingkungan riil memberikan pengalaman yang membekas bagi mahasiswa untuk belajar dan mengekplorasi hutan sebagai tempat untuk belajar secara independen. Penerapan green learning erat kaitannya dengan konsep forest school. Murray (2005), menyebutkan bahwa sekolah hutan (forest school) dapat: 1) Mengembangkan kepercayaan diri dalam mendemonstrasikan dalam waktu dan ruang untuk belajar secara independen. 2) Mengembangkan kemampuan sosial (social skills) dan kesadaran dalam kerja secara tim meningkat serta siswa lebih aktif dalam berpartisipasi di dalam permainan 3) meningkatkan kemampuan dalam berbahasa dalam komunikasi, 4) meningkatkan partisipasi dan kemampuan dalam konsentrasi siswa meningkat, 5) Mengembangkan skill secara fisik dan motorik, 6) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan alami dan bertanggungjawab terhadap lingkungan (7) memberikan perspektif baru tentang bagaimana guru mengajar, mengamati siswa sesuai pengaturan yang diinginkan, (Ardhi, M.W, dkk.2014).

B.     Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1.   Identifikasi Masalah
a.    Wilayah Penelitian
WiIayah penelitian berkaitan dengan metode pembelajaran GeLeM dan hubungannya dengan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan di SMAN 1 Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.



b.   Pendekatan Penelitian
Pendekataan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teoritis dan empirik. Pendekatan teoritis penulis ambil dari berbagai buku literatur yang berhubungan atau erat kaitannya dengan judul proposal, sedangkan pendekatan empirik penulis peroleh dan hasil studi lapangan melalui observasi dan tes tertulis.
c.    Jenis Masalah
Jenis masalah dalam proposal ini adalah mengungkap peningkatan hasil belajar siswa dengan metode GeLeM pada konsep pencemaran lingkungan di SMAN 1 Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.

2.   Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam skripsi ini meliputi penggunaan metode pembelajaran GeLeM, pada konsep pencemaran lingkungan dan hubungannya dengan hasil belajar siswa pada siswa kelas X di SMAN 1 Arjawinangun  Cirebon.

3.   Pertanyaan Penelitian
a.    Bagaimana respon penggunaan metode GeLeM pada pembelajaran Biologi pokok bahasan pencemaran lingkungan di kelas X SMAN 1 Arjawinangun  Cirebon?
b.   Bagaimana hasil belajar siswa dengan metode GeLeM pada pembelajaran Biologi pokok bahasan pencemaran lingkungan di kelas X SMAN 1 Arjawinangun  Cirebon?
c.    Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode GeLeM dengan kelas kontrol pada pembelajaran IPA-Biologi pokok bahasan pencemaran lingkungan di kelas X SMAN 1 Arjawinangun  Cirebon?

C.     Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengkaji tentang efektivitas pelaksanan pengajaran metode GeLeM pada pembelajaran Biologi pokok bahasan pencemaran lingkungan di kelas X SMAN 1 Arjawinangun  Cirebon?
b.      Untuk menentukan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode GeLeM pada pembelajaran Biologi pokok bahasan pencemaran lingkungan di kelas X SMAN 1 Arjawinangun  Cirebon?
c.       Untuk mengkaji perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode GeLeM dengan kelas kontrol pada pembelajaran IPA-Biologi pokok bahasan pencemaran lingkungan di kelas X SMAN 1 Arjawinangun  Cirebon?


D.    Manfaat Penelitian
1.Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk bisa meningkatkan kemapuan pengamatan lingkungan, sehingga  kualitas hasil belajar meningkat.
2.Sebagai bahan masukan bagi guru untuk bisa melaksanakan pembelajaran biologi dengan baik dan bisa menerapkan metode pembelajaran yang sesuai.

E.     Hipotesis
Terdapat hubungan yang signifikan dengan menggunakan metode pembelajaran GeLeM terhadap hasil belajar siswa kelas X di SMAN 1 Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.




















BAB II
KAJIAN TEORI


Pembelajaran memerlukan berbagai inovasi yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai kemanusiaan dan hakikat pendidikan. Pembelajaran Sains di Perguruan Tinggi idealnya mengacu pada Pendidikan Sains Nasional Amerika (Rahman et all. 2008) yang menyarankan agar dalam proses pembelajaran dosen menyiapkan metode yang lebih memperhatikan pada keterampilan teknik pengambilan keputusan, teori, dan penalaran. Adapun pengembangan profesionalisme harus memberikan pengalaman kepada calon guru sehingga dapat membangun pengetahuan, pengertian, dan kecakapan. Carin dan Evans dalam Rustaman (2010), menyatakan bahwa sains mengandung empat hal yaitu produk, proses, sikap dan teknologi.
Proses pembelajaran Biologi memerlukan sumber/media belajar yang relevan. Alam sebagai sebagai tempat atau rumah makhluk hidup secara otomatis akan menjadi objek kajian mahasiswa Pendidikan Biologi. Pembelajaran di alam merupakan pembelajaran yang kontekstual untuk memberikan gambaran secara riil objek kajian yang akan dipelajari. Selain itu pembelajaran berbasis natural resources memberikan nuansa positif untuk mengubah paradigma belajar dari tekstual menjadi kontekstual. Belajar tidak hanya di dalam kelas dengan menggunakan media cetak dan elektronik, tetapi juga dapat dilakukan dengan pendekatan observational learning berbasis alam. Pendekatan ini mendorong mahasiswa untuk untuk lebih memaknai metode ilmiah dan sikap ilmiah.

A.    Pengetian metode Green learning (GeLeM)  
Green learning adalah metode pengembangan pembelajaran dengan mengajarkan tentang hakikat lingkungan kepada mahasiswa. Konsep green learning diinspirasi oleh adanya stagnansi di dalam mengembangkan sikap positif terhadap lingkungan hidup, kurangnya partisipasi dan peran dalam aktivitasaktivitas lingkungan hidup. Lingkungan dan ekologi mencakup bagaimana menjaga lingkungan, mencintai lingkungan ini, apa saja dampak buruk akibat rusaknya lingkungan dan pemanasan global. Karakteristik lingkungan yang berbeda memberikan pengalaman belajar yang berbeda bagi mahasiswa.

Green learning adalah metode pengembangan pembelajaran dengan mengajarkan tentang hakikat lingkungan kepada mahasiswa (Ruyani, 2012). Konsep green learning diinspirasi oleh adanya stagnansi di dalam mengembangkan sikap positif terhadap lingkungan hidup, kurangnya partisipasi dan peran dalam aktivitas-aktivitas lingkungan hidup (Ardhi et. al, 2014). Penerapan green learning erat kaitannya dengan konsep forest school. Murray (2005), menyebutkan bahwa sekolah hutan (forest school) dapat: 1) Mengembangkan kepercayaan diri dalam mendemonstrasikan dalam waktu dan ruang untuk belajar secara independen. 2) Mengembangkan kemampuan sosial (social skills) dan kesadaran dalam kerja secara tim meningkat serta siswa lebih aktif dalam berpartisipasi di dalam permainan 3) meningkatkan kemampuan dalam berbahasa dalam komunikasi, 4) meningkatkan partisipasi dan kemampuan dalam konsentrasi siswa meningkat, 5) Mengembangkan skill secara fisik dan motorik, 6) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan alami dan bertanggungjawab terhadap lingkungan (7) memberikan perspektif baru tentang bagaimana guru mengajar, mengamati siswa sesuai pengaturan yang diinginkan.

B.     Pengetian Hasil Belajar
Belajar pada hakikatnya merupakan perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas tertentu. Perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan ketreampilan menjadi lebih baik dari sebelumnya (Sutikno, 2008:4). Menurut Sudjana (1991:2) hasil belajar merupakan perubahan perilaku individu. Dimana perubahan perilaku yang dimaksud adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek saja melainkan semua aspek pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan perilaku setelah melakukan aktivitasnya, baik aspek kognitif, afektif maupun pesikomotor.
Menurut Horward Kingsley dalam Sudjana (1991:22-23) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita. Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Dalam hal ini ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Dalam hal ini terdiri dari enam aspek yaitu a) gerak reflex, b) keterampilan gerakan dasar, c) kemampuan perceptual, d) keharmonisan atau ketepatan, e) gerakan keterampilan kompleks, dan f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

C.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2004:107) Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari diri siswa sendiri antara lain kondisi fisik, kondisi panca indra, bakat, minat, kecerdasan, motifasi dan kemampuan kognitif siswa. Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan antara lain kurikulum atau bahan pelajaran, suasana belajar dan kompetensi guru. Sedangkan menurut Abu Ahmad (2005:103) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain 1) faktor raw input yaitu faktor murid atau anak itu sendiri, dimana tiap anak memiliki konisi yang berbeda-beda baik konisis fisiologis maupun konisis psikologis, 2) faktor environmental input yaitu faktor lingkungan baik itu lingkungan ala`mi maupun lingkungan social, 3) faktor instrumental input yang didalamnya terdiri dari kurikulum, bahan pelajaran, sarana dan fasilitas serta kompetensi guru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yakni :
1.   Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan kondisi siswa;
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). Aspek fisiologis yaitu kondisi umum jasmani. Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) yaitu tingkat kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat dan motivasi siswa.
2.   Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;
Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni ; faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial seperti guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas yang dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Sedangkan lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang di gunakan siswa.
3.   Faktor pendekatan belajar (approach to learning).
Jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang di gunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Pendekatan belajar merupakan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor anatar lain bakat belajar, waktu yang tersedia untuk belajar, kemampuan individu, kuaitas pengajaran dan lingkungan sekitar. Sebagai indicator yang dijadikan tolak ukur untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar berhasil apabila : a) daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individu maupun kelompok, b) perilku dalam tujuan pembelajaran telah dicapai siswa baik individu maupun kelompok, dan c) terjadinya proses pemahaman materi secara keseluruhan.
Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan menggunakan test, baik itu pretest (tes awal) maupun postest (tes akhir), kedua komponen tersebut memiliki fungsi masing-masing yaitu :
1.   Fungsi pretest adalah :
a.    Untuk mempersiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pree test pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang mereka kerjakan.
b.   Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan dengan membandingkan hasil pre test dan hasil post test.
c.    Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah di miliki peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan di jadikan topik dalam proses pembelajaran.
2.   Fungsi postest adalah :
a.       Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah di tentukan baik secara individu maupun kelompok.
b.      Untuk mengetahui peserta didik – peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
c.       Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan maupun evaluasi.

Menurut Winarno Surakhmad dalam Jemmars (1980), hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian, atau tes. Maksud ulangan tersebut adalah untuk memperoleh suatu indeks dalam menentukan keberhasilan siswa. Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya.
            Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :
a)      Ketercapaian daya serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan criteria ketuntasan belajar minimal (KKM).
b)      Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
D.  Pencemaran Lingkungan
Masalah pencemaran lingkungan merupakan masalah lama yang dihadapi manusia dimana hingga saat ini masalah tersebut masih belum dapat terselesaikan, malah bertambah parah. Pencemaran lingkungan adalah masuknya substansi-substansi berbahaya ke dalam lingkungan sehingga kualitas lingkungan menjadi berkurang atau fungsinya tidak sesuai dengan peruntukannya. Sehingga tatanan lingkungan yang dulu berubah karena adanya pencemaran lingkungan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pencemaran yang dilakukan oleh manusia, yaitu akibat pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan perkembangan teknologi. Faktor-faktor tersebut menyebabkan kebutuhan penduduk juga meningkat, contohnya semakin banyak pengguna kendaraan pribadi sehingga menimbulkan polusi udara.
Pulotan merupakan sebutan bagi manusia hidup, energi, zat atau komponen lain yang menyebabkan terjadinya pencemaran. Ada tiga syarat suatu bahan dikatakan sebagai polutan, yaitu apabila kadar atau jumlahnya melebihi ambang batas normal, berada pada waktu yang tidak tepat dan berada pada tempat yang tidak semestinya.
Menurut Undang-undang pokok pengelolaan lingkungan hidup No. 4 tahun 1982 dalam buku ( Sri Pujiyanto : 2008 ), pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Turunnya kualitas lingkungan tampak dari melemahnya fungsi atau menjadi kurang dan tidak sesuai lagi dengan kegunaannya,berukurangnya petumbuhan, serta menurunnya kemampuan reproduksi. Segala sesuatu yang dapat menimbulkan pencemaran dinamakan bahan pencemar. Syarat-syarat suatu zat atau bahan dapat disebut bahan pencemar jika keberadaannya dapat merugikan makhluk hidup karena jumlahnya melebihi batas normal, berada pada waktu yang tidak tepat, atau berada pada tempat yang tidak tepat.

1.      Macam-macam Bahan Pencemar
Berdasarkan sifatnya, bahan pencemar dibedakan menjadi dua macam, yaitu bahan pencemar yang dapat terdegradasi atau dapat diuraikan dan bahan pencemar yang tidak dapat terdegradasi.
a.      Bahan Pencemar yang terdegradasi
Bahan-bahan pencemar yang dapat terdegradasi memiliki stuktur kimia yang sederhana sehingga dapat didegradasi, didekomposisi, dihilangkan, atau dirombak, baik melalui proses alam maupun melalui sistem rekayasa manusia sehingga bersifat tidak mencemari. Bahan pencemar yang terdegradasi terbagi menjadi dua kategori, yaitu terdegradasi secara cepat dan terdegradasi secara lambat.
·         Bahan pencemar yang terdegradasi secara cepat
Bahan-bahan pencemar yang termasuk kategori ini bersifat nonpersisten ( tidak terus-menerus ) dan umumnya dapat terdekomposisi lebih cepat.
Contoh :  limbah manusia, limbah hewan dan limbah perkebunan.

·         Bahan pencemar yang terdegradasi secara lambat
Pencemaran yang terdegradasi secara lambat bersifat persisten dan umumnya terdekomposisi secara lambat, tetapi pada akhirnya dapat .                                                                                                                              terpecah secara sempurna dan menjadi tidak berbahaya. Bahan-bahan radioaktif dan senyawa-senyawa sintesis, seperti DDT ( dikloro difenil trikloroetana ) umumnya termasuk pencemar kategori ini karena proses alam tidak mampu memecahnya secara cepat. Sebagai contoh DDT memerlukan waktu empat tahun untuk dapat terpecah sebanyak 25 persen. Bahan pencemar yang bersifat persisten harus dihindari dan tidak dibuang ke lingkungan atau di perairan sehingga tidak menumpuk atau terakumulasi pada tingkat yang membahayakan.
b.      Bahan pencemar yang tidak terdegradasi
Pencemaran yang tidak terdegradasi adalah senyawa yang tidak terpecah atau terdekomposisi melalui proses alami.
Contoh : merkuri, timbal, alumunium dan plastik.
Sama halnya dengan pencemar yang terdegradasi secara lambat, pencemar yang tidak terdegradasi harus dihindari keberadaannya dalam lingkungan, baik di udara, air, maupun tanah. Juga harus dijaga supaya berada pada tingkat yang tidak membahayakan.
Pada saat ini, pencemaran lingkungan berlangsung atau terjadi di mana-mana dengan laju yang sangat cepat. Bahan pencemaran lingkungan makin berat dengan masuknya berbagai bahan kimia, termasuk logam berat, dari limbah industri.
Macam-macam Pencemaran Lingkungan
1.   Pencemaran Air 
Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Air digunakan untuk minum, masak dan menuci. Namun, manusia tidak mampu menjaga kualitas air yang ada di bumi. Hal ini bisa terlihat dari maraknya berita pencemaran air di berita seperti tumpukan sampah di kali atau sungai. Pencemaran air dapat disebabkan oleh limbah rumah tangga, pestisida, limbah anorganik dan pupuk. Air buangan rumah tangga dikenal dengan limbah domestik yang mengandung 95% sampai dengan 99% air dan sisanya adalah limbah organik. Limbah rumah tangga ini merupakan sumber makanan yang baik untuk bakteri. Apabila sungai dan danau terkontaminasi dengan limbah rumah tangga, akan banyak ditemukan bakteri dan dapat menyebabkan penyakit kolera dan tifus. Akibat kegiatan bakteri tersebut, berbagai macam makhluk hidup lain bisa mati akibat dari kekurangan oksigen. Karena pada saat di bawah kondisi aerob, bakteri pembusuk menggunakan oksigen di dalam air untuk menguraikan materi organik. Sebagian air buangan terdiri dari komponen nitrogen, seperti urean dan asam urik yang terurai menjadi amoniak dan nitrit. Biasanya perairan yang dilalui limbah rumah tangga populasi ganggang akan meningkat pesat karena banyaknya persediaan nutrisi dan persediaaan oksigen dalam perairan tersebut akaan berkurang. Semakin ke hilir atau ke arah muara, limbah organik lebih terurai sempurna sehingga kandungan oksigen di dalam air kembali ke batas normal.  
imbah organik juga merupakan penyebab pencemaran air. Ada beberapa industri yang membuang limbahnya ke sungai. Limbah-limbah tersebut mengandung logam-logam beracun seperi merkuri, tembaga, kadmium, dan seng. Pupuk dan pestisida juga penyebab pencemaran air. Pupuk yang tidak terserap oleh tanaman dapat terbawa oleh air hujan, masuk ke sungai atau danau sehingga sungai atau danau menjadi kaya nutrien dan pertumbuhan eceng gondok meningkat pesat. Petisida merupakan senyawa kimia beracun yang digunakan manusia untuk mengontrol hama. Pestisida mengandung herbisida, fungisida dan insektisida yang juga tidak baik untuk makhluk hidup.
2. Pencemaran Udara
             Pencemaran udara merupakan pemandangan yang dihadapi manusia setiap harinya. Pencemaran udara umunya dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil yang  tidak sempurna, seperti pembakaran batubara, kayu, minyak dan gasolin. Polutas gas yang masuk ke udara berasal dari aktivitas manusia atau terjadi secara alami. Polutan gas ini mengandung karbon dioksida, karbon monoksida, timah, nitrogen oksida, dan sulfur dioksida.
            Saat ini jumlah karbon dioksida (CO2) yang dilepaskan ke udara terus mengalami peningkatan sehingga terjadilah efek rumah kaca atau kenaikan suhu di bumi. Efek rumah kaca ini menjadi masalah darurat yang dapat mengancam kehidupan manusia di bumi. Peningkatan suhu di bumi menyebabkan salju di daerah kutub mencair sehingga permukaan air laut meningkat. Itulah menjadi salah satu faktor yang memicu semakin seringnya terjadi banjir di bumi. Karbon monoksida membuat kemampuan darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh berkurang. Karbon monoksida ini dihasilkan oleh asap motor dan mobil. Sulfur dioksida (SO2) yang meningkat di atmosfer menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia, terutama radang paru-paru, penyakit bronkitis dan gagal jantung. Selain itu, SO2 juga mampu merusak semua vegetasi hingga jarang yang jauh dan SO2 merupakan komponen utama yang menyebabkan terjadinya hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan korosi pada bangunan dan kerusakan hutan. Nitrogen oksida juga merupakan komponen hujan asam. Timah dapat ditemukan di udara, air dan makanan yang dimakan oleh manusia. Keracunan timah dapat terjadi apabila telah terakumulasi di dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama. Konsentrasi timah yang tinggi di dalam tubuh dapat menyebabkan tubuh kehilangan kontrol terhadap tangan dan kaki, kram, koma dan kematian.
3. Pencemaran Tanah
            Pencemaran tanah ni berasal dari limbah rumah tangga, limbah industri dan limbah pertanian. Sampah merupakan bahan pencemar utama dalam limbah rumah tangga. Dapat kita lihat banyak sampah yang berserakan dimana-mana. Hujan asam yang terjadi akibat aktvitas insudtri dapat menyebabkan mineral berbaaya terlepas dari ikatannya dan kondisi pH tanah menjadi rendah. Penggunaan pupuk kimia yang tidak terkendali menyebabkan tanah kehilangan zat haranya sehingga produktivitas pertanian menurun. Ditambah dengan masuknya pestisida ke dalam tanah akan berdampak ke berbagai makhluk hidup lewat rantai makanan.
Melihat keadaan bumi kita yang sudah dipenuhi dengan pencemaran. Manusia sebagai faktor penyebab pencemaran lingkungan, harus mengubah perilakunya terhadap lingkungan. Manusia harus menjaga dan melestarikan lingkungan, bukan merusaknya. Karena pencemaran lingkungan menjadi permasalahan yang dapat mengganggu aktivitas manusia di bumi. Manusia dapat memulainya dengan berbagai macam kegiatan cinta lingkungan. Yang paling penting adalah kesadaran dari dalam diri sendiri karena semua upaya yang dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan tidak akan berjalan tanpa adanya kesadaran manusia terhadap lingkungan.

















KISI – KISI SOAL


No
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Jenis Soal
Jenjang Soal
No Soal
1
Mampu Mengidentifikasi komponen ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen, serta melakukan upaya pengelolaan lingkungan untuk meengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan
Peserta didik mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan
Siswa mengetahui contoh dari pencemaran lingkungan
PG

PG
C3

C4
6

7
Siswa Mengetahui contoh dari pencemaran udara
PG

PG

PG
C1

C3

C3
1

2

3
Siswa mengetahui pencemaran contoh dari pencemaran air
PG

PG
C1

C2
4

5
Siswa dapat menjelaskan akibat dari pencemaran udara
PG
PG
PG
C4
C2
C3
8
9
11













SOAL

1.      Zat Penyebab tejadinya polusi Udara antara lain ……
A.    Debu, dan asap knalpot                            C. Debu dan zat peptisida
B.     Mikroorganisme dan H2O                         D. Kertas dan Kaleng
2.      Bahan-bahan yang masuk kedalam lingkungan yang dapat mengganggu kehidupan organism di dalamnya disebut …….
A.    Insektisida                                                 C. Racun
B.     Polutan                                                      D. Pestisida
3.      Bahan yang dapat merusak lapisan ozon adalah ….
A.    Sampah                                                     C. Asap Knalpot
B.     Limbah                                                      D. Hair Spray
4.      Dibawah ini yang bukan merupakan sumber-sumber polusi udara ….
A.    O                                                            C. Sampah                                        
B.     CO                                                                        D. Limbah Industri
5.      Berikut ini merupakan dampak negative dari penebangan hutan adalah ….
A.    Meningkatnya Hasil Kayu                        C. Lapisan atas tanah makin subur
B.     Terjadinya tanah longsor                           D. Ada yang menahan jatuhnya air hujan
6.      Peningkatan suhu dipermukaan bumi seperti terjadinya efek rumah kaca, mencairnya es dibagian kutub bumi disebabkan oleh meningkatnya gas ….
A.    CFC                                                          C. CO2
B.     O2                                                                                  D. SO2
7.      Bagaimana cara mencegah limbah pabrik agar tidak terjadi pencemaran lingkungan …
A.    Mendirikan pabrik jauh dari pemukiman penduduk
B.     Menggunakan mesin-mesin modern
C.     Didaerah sekitar pabrik dibuat penghijauan
D.    Proses Pengolahan limbah yang baik

8.      Usaha apa yang dapat mengurangi pencemaran udara oleh karbon monoksida…
A.    Mencampur bensin dengan solar
B.     Mengurangi penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor
C.     Melokalisasi pabrik-pabrik
D.    Menghentikan penggunaan bahan minyak
9.      Apabila membuang sampah sembarangan dapat mengakibatkan …..
A.    Tanah menjadi subur                                 C. Menyebabkan Erosi
B.     Timbulnya bibit penyakit                          D. Tanah menjadi Longsor
10.  Berikut ini yang bukan termasuk zat buangan industry
A.    Merkuri                                                     C. Benzen
B.     Timah                                                        D. Besi




























DAFTAR PUSTAKA

Ardhi, M.W, dkk. 2014. Jurnal Florea Volume 1 No. 2, Nopember 2014 (21-25).Madiun : IKIP PGRI Madiun
Yuhanna, W.L,  Ardhi, M.W, Prabowo, S.A, 2014. Jurnal Florea Volume 1 No. 2, Nopember  2014 (21-25).Madiun : IKIP PGRI Madiun



1 komentar: