BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Annelida yang sering juga disebut Annulata
adalah salah satu jenis cacing yang bersegmen. Jika dilihat dari namanya
Annelida yang berasal dari bahasa latin (annulus yang berarti cincin). Tubuhnya
yang bersegmen menyerupai cincin itu sehingga banyak yang menyebutnya cacing
gelang. Annelida merupakan salah satu filum invertebrate yang memiliki struktur
tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan filum-filum invertebrate lainnya.
Tubuhnya berongga (celomata) dan tripoblastik. Beberapa spesies cacing yang
termasuk ke dalam filum Annelida hidup di dalam air tawar, air laut dan juga di
darat serta ada juga yang hidup sebagai parasit. Tubuhnya berkutikula dan
licin.
Filum Annelida terdiri
dari cacing berbuku-buku seperti cacing tanah. Perkembangan buku-buku badan ini
memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang berbeda dalam ruas badan
(segmentasi) yang berbeda. Annelida memiliki coelom yang besar untuk
mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks. Terdapat sekitar 12,000 jenis di
laut, air tawar dan daratan, terbagi menjadi tiga kelas.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
itu filum annelida?
2.
Bagaimana
ciri-ciri umum (morfologi dan anatomi) dari filum annelida?
3.
Dimana
habitat tempat hidup annelida?
4.
Bagaimana
klasifikasi dari filum annelid?
5.
Bagaimana
siklus hidup annelid?
6.
Bagaimana
peranan annelid bagi kehidupan sehari-hari dan dalam perspektif islam?
C. TUJUAN
1.
Mengetahui
karakteristik atau cirri umum dari filum annelid
2.
Mengetahui
habitat dari filum annelid
3.
Mengetahui
dan memahami pengklasifikasian yang ada dalam filum annelid
4.
Memahami
siklus hidup dari filum annelid
5.
Mengetahui
peranan annelid bagi manusia dan dalam pandangan islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Filum Annelida
Annelida
berasal dari bahasa latin (kata annulus yang berarti cincin dan oidos
yang berarti bentuk).[1]
Dari namanya, Annelida dapat disebut sebagai cacing yang bentuk tubuhnya
bergelang-gelang atau disebut juga cacing gelang. Pada annelida terdapat selom
yang oleh septum-septum dibagi menjadi beberapa kompartemen. Annelida merupakan
hewan simetris bilateral, mempunyai sistem peredaran darah yang tertutup dan
sistem syaraf yang tersusun seperti tangga tali. Pembuluh darah yang utama
membujur sepanjang bagian dorsal sedangkan sistem syaraf terdapat pada bagian
ventral. Annelida memiliki system digesti, saraf, ekskresi dan reproduksi yang
bersifat metamerik.[2]
Annelida
memiliki tubuh memanjang, simetri bilateral, bersegmen, dan permukaannya
dilapisi kutikula, dinding tubuh dilengkapi otot, memiliki prostomium dan
sistem sirkulasi, saluran pencernaan lengkap, sistem ekskresi sepasang nefridia
di setiap segmen, sistem syaraf tangga tali, sistern respirasi terdapat pula
epidermis, reproduksi monoesis atau diesis dan larvanya trokofor atau veliger.
Cacing-cacing
anggota filum ini tubuhnya beruas-ruas, beberapa organ (misalnya pencernaan)
membentang sepanjang tubuh, organ yang lain seperti saluran pembuangan, ada di
setiap ruas. Annelida mempunyai rongga tubuh atau coelem, rongga ini
tidak saja berisi organ-organ yang terbentuk dari mesoderm tetapi juga dilapisi
oleh lapisan mesoderm. Annelida merupakan hewan simetris bilateral, mempunyai
sistem peredaran darah yang tertutup dan sistem syaraf yang tersusun seperti
tangga tali. Pembuluh darah yang utama membujur sepanjang bagian dorsal
sedangkan sistem syaraf terdapat pada bagian ventral.
1.
Ciri-ciri Umum (Morfologi dan Anatomi) Filum Annelida
a. Ciri Morfologi
Ciri-ciri
yang dapat dilihat dan diamati pada bagian luar tubuh dari hewan yang termasuk
dalam filum annelida, diantaranya:
a)
Memiliki
tubuh yang bersegmen
b)
Tubuh
berbentuk tubular memanjang atau gilig
c)
Memiliki
tubuh yang simetri bilateral
d)
Memiliki
septa yang memisahkan setiap ruas segmen
e)
Tubuhnya
licin
f)
Mengandung
rambut-rambut kaku (setae)
g)
Memiliki
alat untuk berenang (parapodia)
b. Ciri Anatomi
Ciri-ciri
bagian dalam tubuh hewan yang termasuk dalam filum annelid, yaitu:
1)
Memiliki
tiga lapisan tubuh (tripoblastik) yakni, eksoderm, meksoderm dan endoderm.
2)
Berkutikula
sehingga licin tubuhnya
3)
Memiliki
alat ekskresi berupa sepasang nefridia
4)
Hemafrodit
B.
Habitat
dan Penyebaran Filum Annelida
Sebagian besar Annelida hidup dengan
bebas dan ada sebagian yang parasit (merugikan karena menempel pada inangnya)
dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat Annelida umumnya
berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang sebagian hidup di
tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida hidup di berbagai tempat dengan
membuat liang sendiri. Adapun penyebaran terdapat di beberapa daerah,
diantaranya yaitu Indonesia, Finlandia, dan Rusia.
C.
Klasifikasi
Filum Annelida
Filum Annelida dibagi menjadi 7 (tujuh) kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta,
Archiannelida, Echiroidea, Myzostoma, Gephyrea dan Hirudinea, pembagian ke
dalam kelas terutama didasarkan pada segmentasi tubuh.[3]
seta, parapodium, sistem sirkulasi, ada tidaknya batil isap, dan sistem
reproduksi. Contoh spesies annelida yang terkenal adalah cacing tanah (Lumbricus
sp.) cacing ini hidup di tanah, makanannya berupa sisa
tumbuhan dan hewan. Charles Darwin ahli biologi yang termahsur adalah orang
yang pertama kali menyatakan bahwa cacing tanah mempunyai peranan yang penting
dalam menggemburkan tanah. Karena hidup di dalam tanah, cacing ini
membuat liang-liang sehingga tanah menjadi berpori dan mudah diolah.
a.
Kelas
Polychaeta
Polychaeta, dalam bahasa Yunani
“poly” = banyak, “chaetae” = rambut kaku, merupakan Annelida berambut banyak.
Anggota kelas polychaeta dikenal dengan sebutan umum cacing laut, cacing sikat,
cacing ruas. Umumnya hidup di air. Seluruh permukaan tubuh polychaeta mengandung
rambut-rambut kaku atau setae yang dilapisi kutikula sehingga licin dan kaku. Tubuhnya
berwarna menarik, seperti ungu kemerah-merahan. Setiap segmen tubuh polychaeta
dilengkapi dengan sepasang alat gerak atau alat berenang yang disebut
parapodia.
Cacing polychaeta bertubuh memanjang dapat lebih dari 30 cm,
silindris (agak pipih dorsoventral) dan bersegmen. Hidup dalam pasir atau
menggali batu-batuan di daerah pasang surut dan aktif di waktu malam. Kepala
jelas, dengan faring yang ditonjolkan keluar. Faring itu berahang dan
dikelilingi peristomium dan yang beratap disebut prostomium. Prostomium
dilengkapi 4 mata sederhana, 2 tentakel pendek dan palpus. Mempunyai alat gerak
seperti dayung (parapodia) yang mengandung setae (rambut kaku) kecuali di
bagian segmen terakhir. Ruas terakhir (pigidium) mengandung anus. Warna tubuhnya banyak yang menarik
(merah, merah muda, hijau ataupun kombinasi warna-warna). Metamerisme pada
umumnya sempurna, dengan tiap segmen silindris identik, kecuali bagian kepala
dan ekor. Dibagian anterior terdapat kepala yang sempurna, disebut prostomium.
Pada kepala terdapat mata, antena, sepasang palpus dan mulut di
bagian ventral.[4]
Sistem respirasi pada polychaeta dengan menggunakan kulit yang
berkutikula terutama di parapodia. Parapodia adalah kaki seperti dayung (sirip) digunakan untuk
berenang sekaligus bertindak sebagai alat pernafasan. Polychaeta bernafas
dengan insang ketika di perairan, namun pertukaran gas via permukaan tubuh juga
terjadi secara difusi. Beberapa jenis tiap ruas terdapat insang, kecuali
ujung anterior & posterior. Pada Polychaeta mengalami
modifikasi, jumlah & letak insang terbatas pada ruas tertentu.
Darahnya mengandung pigmen merah (hemoglobin), mengalir dalam
pembuluh-pembuluh kontraktil yang disebut pembuluh-pembuluh longitudinal
dorsal. Darah dalam pembuluh-pembuluh ini mengalir ke anterior. Sedangkan darah
dalam pembuluh-pembuluh longitudinal ventral mengalir ke posterior. System
sirkulasi pada polychaeta adalah dengan peredaran darah tertutup.
System ekskresi pada kelas polychaeta sama halnya dengan kelas-kelas
lainnya pada filum annelid yakni dengan sepasang nefridium. Dalam tiap segmen,
kecuali yang terakhir dan yang pertama, terdapat sepasang nefridium untuk
membersihkan segmen di sebelah interior dari segmen tempat nefridium terdapat.
Sistem Pencernaan Polychaeta, terdapat
ruas pada anterior yang mengandung mulut disebut peristomium. ruas
terakhir atau pigidium mengandung anus. Sistem pencernaan terdiri atas
beberapa tipe yaitu :
a.
Raptorial feeder: avertebrata kecil ditangkap dengan
pharink/probosis yang dijulurkan, terdapat rahang kitin.
b.
Deposit feeder: menelan pasir & lumpur dalam
lorong; bahan organik dicerna & partikel mineral dikeluarkan via anus, atau
melalui tentakel cilia yang berlendir.
c.
Filter feeder: tidak punya probosis tutup kepala
dilengkapi radiola untuk menyaring detritus & plankton.
keterangan gambar :
1.
Taring
2.
Esophagus
3.
Jantung
4.
Testes
5.
Ovarium
6.
Proventikulus
7.
Ventrikulus
8.
usus
Sistem Gerak, setiap segmen tubuh polychaeta
dilengkapi dengan sepasang alat gerak atau alat berenang yang disebut
parapodia. Alat ini pun berperan sebagai alat pernafasan. Setae berupa berkas, biasanya ada dua berkas: notosetae
(di bagian dorsal) dan neurosetae (di bagian ventral); parapodia
menonjol, tipenya bernacam-macam (biramus, uniramus), kadang-kadang tereduksi
prostomium pada umumnya berkembang baik, mempunyai mata dan tentakel, namun
sangat termodifikasi pada hewan sedentaria. Pergerakan disebabkan oleh
perpaduan gerak antar parapodia, otot dinding tubuh dan cairan rongga tubuh.
Gerak undulating mengakibatkan cacing dapat menjalar dan berenang dengan
cepat. Kebanyakan Polychaeta hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae.
Setae adalah bulu-bulu yang melekat pada parapodia, yang membantu polychaeta
melekat pada substrat dan juga membantu mereka bergerak.
Sistem saraf dan indera, pada hewan
ini terdapat ganglion serebral atau ganglion supraesofageal,
dapat juga disebut sebagai otak yang terletak di sebelah dorsal kepala.
Ganglion supraesofageal itu dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2
buah saraf sirkumesofageal. Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang
sebatang saraf ventral. Dalam tiap metamer (segmen), batang saraf ventral itu
membuat tonjolan sebagai segmen ganglion.
Palpus dan tentakel pada hewan ini
termasuk indera yang menerima saraf dari ganglion supraesofageal. Terdapat mata
sederhana sebanyak 4 buah.
Sistem reproduksi dari Polychaeta
terdiri dari reproduksi seksual dan reproduksi aseksual. Reproduksi Seksual
Polychaeta yaitu secara diocious dan monocious. Seksual via fertilisasi
eksterna (ovum dan sperma di lepas di air). Feritilisasi dari zigot → trokofor
→ juvenile. Pembuahannya dilakukan di luar tubuh. Telur yang telah dibuahi
tumbuh menjadi larva yang disebut trakofora atau trakofor yang kemudian menjadi
juvenile. Reproduksi Aseksual Polychaeta biasanya dengan cara membelah
diri. Pada Cirratulidae, Sabellidae, Spionidae & Syllidae
(Tunas/Budding) dari parapodia. bagian tubuh menjadi dua bagian. Dalam
reproduksi aseksual Polychaeta dikenal Epitoksi yaitu pembentukan
individu reproduktif yang merupakan fenomena reproduksi khas polychaeta, hewan
tampak jadi dua bagian.
Polychaeta dibagi dalam dua Ordo :
Erratia dan Sedentaria. Penggolongan itu di dasarkan perkembangan anterior dan
cara hidup hewan dari masing-masing kelompok.
Ordo Sedentaria, segmen tubuh
& parapodium tidak sama; faring tidak punya rahang, bersembunyi dalam
lumpur/hidup dalam tabung di lumpur, parapodia dan organ saraf mereduksi bentuk
kepala mengalami berbagai modifikasi sesuai fungsinya sebagai ciliary feeder.
1) Famili Sabella (cacing
kipas), struktur dikepala seperti bulu yang disebut radiola.
2) Famili Chaetopterus, hidup
dalam tabung berbentuk huruf U notopodium mengsekresi kantong lendir yang
menjaring makanan dari air. Kantong secara periodik akan masuk ke dalam mulut
ventral suckers.
3) Famili Arenicola, hidup dalam
tabung berbentuk huruf J.
Ordo Errantia, segmen tubuh sama dari kepala hingga
ekor parapodia sama dari depan hingga belakang pelagis merayap lubang organ
indera berkembang baik.
1) Famili Tomopteris, berenang
bebas dan bioluminescen.
Contoh
polychaeta, diantaranya:
·
Sabellastarte indica (cacing kipas)
·
Marphysa sanguine
·
Eunice viridis (cacing wawo)
·
Lysidice oele (cacing palolo)
·
Nereis virens (kelabang laut)
Salah satu contoh polychaeta yang terkenal adalah Nereis sp.
1. Nereis sp.
Cacing kerang, seperti Nereis sp. adalah
pemangsa yang aktif. Banyak yang memiliki kepala yang berkembang baik, dengan
rahang bagus, mata dan organ peraba lainnya.
Gambar
. Nereis virens
Bagian kepala terdiri dari prostomium dan segmen pertama
(periostomium). Pada protomium terdapat sepasang palp (embelan yang digunakan
sebagai alat perasa dan membantu ketika makan). Periostomium mempunyai 4 pasang
tentakel yang panjang. Segmen-segmen berikutnya memiliki sepasang parapodia
(semacam kaki berdaging ) dengan rambut yang banyak. Alat pencernaan makanan
terdiri atas : mulut-faring –esofagus-usus-anus. Antara dinding tubuh dan
intestine terdapat selom yang berisi alat ekskresi (nepridium) dan alat-alat
kelamin. Sisem peredaran darah kearah depan, pembuluh darah ventral yang
mengalirkan darah kebagian belakang. Pembuluh lateral adalah yang menghubungkan
kepada organ-organ yang lain. Dinding tubuh disusun oleh kutikula, epidermis,
otot melingkar dan otot memanjang.[5]
b.
Oligochaeta
Oligochaeta berasal dari bahasa Yunani, yaitu “oligo” yang berarti
sedikit dan “chaetae” yang artinya rambut kaku. Jadi, Oligochaeta adalah
annelid yang berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun
memiliki beberapa setae pada tubuhnya yang bersegmen. Habitat cacing ini
umumnya di air tawar dan tempat lembab. Namun, ada pula yang hidup di darat.
Tubuhnya bersegmen-segmen dengan jumlah segmen mencapai 200 buah. Setae tidak
membentuk berkas, tunggal dan membentuk rangkaian tertentu, tidak memiliki
parapodia, jarang mempunyai insang (kecuali yang akuatik), prostomium kecil,
berbentuk kerucut, tanpa mata atupun tentakel. Organ reproduksi hermafrodit
(pembuahan silang) artinya susunan gonad dan saluran-saluran reproduksi khas,
metamerisme terbatas, sejumlah segmen membentuk clitellum untuk menyekresikan
cocoon.
keterangan gambar :
A. penampang membujur cacing tanah
B. penampang lintang cacing tanah
1.
mulut
2.
faring
3.
kerongkongan
4.
tembolok
5.
perut kalang
6.
usus
7.
testes
8.
ovarium
9.
nefridium
a. kutikula e. pembuluh
darah atas
b. epidermis f. pembuluh
darah bawah
c. otot
melingkar g. barang
syaraf
d. otot
membujur h. hefridium
i. usus
Contoh kelas
oligochaeta adalah sbagai berikut:
Sistem
Respirasi,
kelas Oligochaeta tidak memiliki parapodia seperti pada kelas polychaeta,
pernapasannya dilakukan melalui seluruh permukaan tubuhnya. Itu sebabnya
mengapa tubuh kelompok cacing ini berlendir. Tubuh cacing tanah tertutup oleh
selaput bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan
basah. Melalui selaput inilah cacing bernapas. Kutikula menyebabkan udara di
dalam tanah dapat masuk ke pembuluh darah cacing. Setelah masuk ke pembuluh
darah, udara tersebut diedarkan ke seluruh tubuh. Tetapi ada juga Oligochaeta
yang bernafas dengan menggunakan insang, yakni kelas oligochaeta yang hidup
akuatik.
Sistem
Pencernaan,
kelas Oligochaeta memiliki sistem pencernaan yang lengkap mulai dari mulut,
faring, kerongkogan dan usus. Traktus
digestivus beberapa sebuah tabung lurus mulai dari mulut, lalu faring yang kuat
dan membengkak (segmen 2-6), esofagus
(segmen 6-14), ingluvies (tembolok) yang berdinding tipis (segmen 14-17),
gizzard (lambung tebal) (segmen 17-18), kemudian usus halus (segmen 19 sampai
akhir) dan anus. Usus halus mempunyai lipatan internal sebelah dorsal yang
disebut tiflosol, yang memanjang mengikuti panjang usus. Esofagus dilengkapi
dengan 3 pasang kelenjar berkapur yang memanjang pada sisi-sisinya. Makanannya adalah
sisa dedaunan yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Cacing
tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana
yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui
anus.
Sistem Reproduksi, Cacing tanah
bersifat hermafrodit, tetapi tidak melakukan pembuahan sendiri. Hal itu karena,
matangnya sel kelamin betina tidak sama waktunya dengan matangnya sel kelamin
jantan. Organ reproduksi betina terdapat di segmen ke-9 sampai ke-14 dan organ
reproduksi jantan terdapat di segmen ke-10 sampai ke-15. Di segmen ke-32 sampai
ke-37 terdapat klitelum, yaitu penebalan epidermis sebagai penghasil lendir.
Sewaktu sepasang cacing berkopulasi maka akan keluar lendir yang akan
membungkus kedua cacing dan menjaga sperma dari kekeringan. Selubung (coccon)
lendir tadi akan maju mundur di sepanjang kedua tubuh cacing. Setelah itu, sel
telur dari masing-masing cacing keluar dan memasuki coccon. Jika melewati
lubang kelamin jantan, telur-telur yang ada di dalam coccon akan dibuahi oleh
sperma dari cacing yang berlainan. Setelah selesai pembuahan, coccon akan lepas
ke arah depan. Sekarang di dalam coccon terdapat telur-telur yang akan dibuahi
dan kemudian tekur-telur tersebut akan menetas menjadi cacing.
Sistem
Ekskresi, Pada
anggota oligochaeta, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang
metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir. Bagian akhir dari
saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian
gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan
lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong
nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh
mengalir lewat celah panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air,
molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung.
Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah
nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar.[6]
Contoh yang representative dari kelas ini
adalah cacing tanah.
1.
Lumbricus terrestris
Ø Lumbricus terrestris mempunyai bentuk morfologi sebagai berikut:
a.
Tubuhnya
bulat panjang, warna bagian dorsal lebih gelap dibandingkan dengan bagian
ventral, segmen tubuhnya lebih dari 100 buah yang masing-masing dengan 4 pasang
rambut. Pada ujung depan (anterior) ada suatu bagian / tonjolan adaging yang
disebut prostomium (bukan merupakan segmen).
b.
Dinding
tubuh terdiri dari kutikula, epidermis, otot melingkar dan otot memenjang.
Bagian selom memisahkan dinding tubuh dengan intestin, antara segmen yang satu
dengan segmen bagian yang lain dipisahkan oleh sekat pemisah vertical. Selaput
yang membatasi tubuh sebelah dalam disebut perotonium. Cairan-cairan yang terdapat
dibagian selom membantu didalam ekskresi.
Ø Sistem pencernaan makanan
Mulut-faring-
esophagus-crop-(tembolok)-gizzard (lambung yang menebal berguna untuk
menggiling makanan)-usus (mulai segmen ke 19 sampai dengan ke anus).
Ø Sistem Ekskresi pada Lumbricus terrestris menggunakan
nephridium.
Ø Sistem peredaran darah
Darah
dipompa ke bagian depan oleh pembuluh darah darah dorsal dan dialirkan kebagian
bawah melalui 5 pasang jantung ke dalam pembuluh darah subintestin yang
selanjutnya akan bercabang-cabang lagi ke bagian intestin, nephridium dan
dinding tubuh.
Ø Sistem respirasi permukaan kulit.
Ø Reproduksi
Terjadi
melalui perkawinan 2 individu, walaupun cacing ini merupakan hewan hermaprodit
tetapi pembuahan sendiri belum pernah terjadi. Cacing tanah bersifat
hermafrodit, tetapi tidak terjadi fertilisasi oleh dirinya sendiri
(self-fertilizing). Disisni ada 2 pasang testes, masing-masing terletak dalam
segmen ke-10 dan ke-11, yang dibungkus oleh vesikulaseminalis yang berjumlah 3
pasang dan setiap pasangan vesikula seminalis ini terletak dalam segmen ke-9 ,
ke-10, dank e-11.
Spermatozoa
dari vesikula seminalis melalui 2 pasang vasa eferensia, dan vasa-vasa
eferensia itu kemudian bersatu menjadi 1 pasang vasa deferensia paa segmen
ke-12, terus melanjut sampai segmen ke-15 dan terbuka ditempat itu.
Reseptakulum seminalis berpasangan terdapat dalam segmen ke-9 dan ke-10 dan 11.
Ada sepasang ovarium dan segmen ke-13, berisis telur, dan telur ini melewati
oviduk lalu ke luar tubuh dalam segmen ke-14.
Kopulasi
berlangsung pada malam hari. Selama kopulasi (kira-kira 3 jam), spermatozoa
dari ekor cacing dipindahkan ke dalam reseptakulus seminalis cacing yang lain.
Biasanya terjadi fertilasi reseprokal (fertilisasi terbentuk pada masing-masing
cacing kira-kira pada klitelum. Ukuran kokon
kira-kira 7 5 mm. kokon memanjang kedepan (karean gerakan
cacing) dan menerima telur dari cacing itu sendiri dan spermatozoa dari cacing
yang lain yang disimpan dalam reseptakulum seminalis. Setelah kokon menerima telur
dan spermatozoa , kemudian cacing menarik kembali kokon kebelakang dan lubang
kokon tertutup. Kokon itu kemudian membungkus zigot-zigot yang terbentuk, dan
masing-masing zigot tumbuh menjadi cacing kecil dalam kokon. Kokon yang berisi
cacing-cacing kecil itu diletakan dalam tanah yang lembab.[7]
c.
Archiannelida
Anggota-anggota kelas ini hidup di laut,
struktur tubuh masih sederhana, tanpa setae atau parapodia. Bersifat diesius
atau hermafrodit. Merupakan cacing primitive, cacing kecil marga utama Polygordius,
banyak terdapat di pantai. Ciri-ciri mirip larva polychaeta yang hidup di dasar
pasir. Memiliki sepasang tentakel pada prostomiumnya. Pada sisi prostomium
terdapat celah berbulu getar sebagai alat pengindera. Tubuhnya bersekat dan
tiap sekat memiliki rongga tubuh, otot longitudinal, sepasang nefridia,
sepasamg gonad, bagian saluran pencernaan dan bagian syaraf. Pertumbuhannya
melalui perpanjangan anus.
Ciri-ciri
archiannelida secara umum, yaitu:
·
Memiliki cangkang kapur (shell), simetri
bilateral, tidak beruas, sebagian besar berbulu getar dengan kelenjar lender
·
Tidak mempunyai parapodia & seta
·
Bagian kepala membesar (kec. Scaphopoda dan
Pelecypoda)
·
Kaki berotot sebagai alat merayap, meliang atau
berenang
Fisiologi yang terjadi pada archiannelida yaitu
system respirasi dengan insang, system ekskresi dengan sepasang nefridia dan Memiliki
sistem syaraf (ganglia), bintik mata atau mata majemuk, statosista untuk
keseimbangan.
Contoh: Polygordius sp. Hewan ini hidup
di sepanjang pantai. Bentuknya menyerupai larva polychaeta yang primitive atau
sebagai polychaeta yang mengalami degenerasi. Bentuknya seperti benang dengan
panjang 100 mm, dan penampang dengan radius kira-kira 1 mm. dari luar
somit-somit (segmen) tidak Nampak jelas. Prostomium dengan 2 buah tentakel
perasa. Tidak ada setae atau parapodia. Alat-alat tubuh dalam seperti pada
polychaeta umumnya, tetapi lebih sederhana. System saraf terletak dalam
epidermis. Larva berbentuk trokofor. Somit-somit terbentuk di bagian posterior
selama proses metamorphosis.
d.
Myzostoma
Anggota-anggota
kelas ini merupakan parasit echinodermata. Bentuk tubuhnya seperti cakram,
dengan segmentasi yang tidak begitu jelas. Mempunyai parapodia. Tidak ada
system peredaran darah. Kebanyakan hermafrodit. Dalam perkembangannya melalui
stadium larva trokofor. Sebagai contoh Myzostomum sp. Hidup sebagai
ektoparasit pada echinodermata.
e.
Echiurida
Ciri-ciri dan
fisiologi, yaitu:
·
Kelompok yang mempunyai bekas peruasan pada hewan dewasa
(cacing senduk).
·
Berbentuk silindris, tidak beruas, dinding tubuh tipis dan
penuh cairan dalam rongga tubuh, memiliki prestomium (belalai).
·
Memiliki mulut, usus dan anus.
·
Habitat di dasar lumpur atau pasir di bawah garis pasang
surut, membuat liang berbentuk ‘U’.
·
Hidup secara komensalisme dengan beberapa jenis hewan dalam
lubang yang sama.
f. Gephyrea
Beberapa ahli memasukkan Gephyrea ke
dalam filum terpisah yaitu Sipunculoidea. Anggota Gephyrea adalah
cacing-cacing laut yang mempunyai sebuah struktur anterior di sekeliling mulut
yang dapat ditarik ke dalam dan dapat pula ditonjolkan keluar, tidak terdapat
parapodia dan setae. Hewan dewasa tidak bersegmen, namun pada beberapa jenis
terdapat segmenentasi eksternal parsial. Contohnya, Phacolosoma sp. dan
Sipunculus sp..
g. Hirudinea
a. Habitat
Anggota kelas ini hidup parasitis atau bahkan sebagai predator.
Ditemukan dalam air tawar atau di darat.
Anggota pada
kelas ini tidak mempunyai parapodia atau setae-setae. Tubuhnya dengan 33 segmen
ditambah lagi dengan prostomium. Mempunyai alat pengisap posterior atau
anterior. Bersifat hermafrodit. Selom reduksi oleh karena terbentuknya jaringan
ikat yang berlebihan. Contoh pada kelas ini adalah Hirudo medicinalis
(lintah).
b.
Morfologi dan Anatomi
Dalam keadaan biasa, lintah mencapai panjang 5-8 cm, pipih
dorsoventral, dengan 26 metamer tetapi dari luar nampak tiap metamer itu
mempunyai 2-5 anulasi (cicin yang melingkari tubuh). Pada lintah tidak ada
setae dan parapodia. Pada sebelah anterior terdapat sebuah pengisap oral, dan
pada sebelah posterior ada lagi sebuah. Kedua pengisap itu untuk menepel pada
inang sewaktu mengisap darah. Mulut mempunyai 3 buah rahang dari kitin yang
tersusun dalam segitiga. Tiap rahang tertutup dengan serasi (gigi kecil seperti
pada gergaji). Segmen 9-11 berfungsi sebagai klitelum.[8]
c.
Sistem Digesti
Mulut dari mulut terus ke faring yang berotot (segmen 4-8) dan di
kelilingi dengan kelenjar ludah. Kelenjar ini mengeluarkan secret yang
mengandungbahan anti koagulasi (mencegah mengentalnya darah). Dari faring terus
ke tombolok (crop) yang dilengkapi dengan 11 pasang kantung lateral, memanjang
sampai segmen segmen ke-18. Kantung-kantung yang memanjang itu kemudia bersatu
lagi menjadi lambung yang di sebelah dalamnya terdapat lipatan-lipatan spiral
internal, yang berguna untuk mencerna darah yang mengalir dari tembolok secara
berangsur-angsur (gradually). Kantung-kantung tembolok itu itu berguna untuk
menyimpan darah. Jumlah darah yang di simpan dalam krop dapat mencapai berat 3
kali berat lintah itu sendiri. Untuk mencerna darah sebanyak itu diperlukan waktu
3 bulan. Dari lambung saluran digesti melanjut ke usus, rectum, dan berakhir
sebagai anus di sebelah posterior.
d.
Sistem Respirasi dan Sirkulasi
Pernapasan
berlangsung melalui kulit. Darah yang mengandung hemoglobin (sebagai larutan)
mengalir dalam pembuluh-pembuluh longitudinal yang berotot di sebelah lateral
tubuh. Di sebelah dorsal dan ventral tubuh juga ada sinus-sinus berdinding
tipis yang secara tidak langsung menghubungkan pembuluh-pembuluh longitudinal
berotot itu dengan rongga-rongga dalam selom. Selom pada lintah telah tereduksi
menjadi kecil. Beberapa ahli menduga bahwa rongga-rongga kecil dan sinus-sinus
itu sebenarnya merupakan bagian-bagian selom yang tereduksi.
e.
Sistem Ekskresi
Setiap segmen dari
segmen ke-7-23 berisis nefridia yang berpasanagan. Masing-masing nefridia
mempunyai ekspansi berupa vesikula yang berbentuk gelembung dan merupakan muara
saluran ekskresi.
f.
Sistem Saraf dan Perasa
Sistem saraf pada
lintah sama seperti pada cacing tanah, tetapi pada lintah ganglion-ganglion ventralnya
lebih jelas, sedangkan ganglion serebral lebih kecil. Lintah bermata 10 buah (5
pasang) dan terdapat pada 5 segmen pertama. Pada segmen-segmen selanjutnya
terdapat organ-organ sensoris.
g.
Reproduksi dan Perkembangan
Lintah itu
hermafrodit dengan beberapa pasang testes dan satu pasang ovarium. Untuk
reproduksi diperlukan fertilisasi silang. Massa sel sperma (spermatofor) yang
telah mengental (aglutinasi) dimasukkan kedalam vagina lintah partnernya
melalui penis. Fertilisasi berlangsung secara internal dan perkembangan terjadi
dalam kokon seperti pada cacing tanah. Tiap telur yang dibuahi menjadi zigot
dan tumbuh menjadi lintah-lintah kecil dalam kokon. Kokon di letakkan dalam
alam bebas.
Klasifikasi kelas Oligochaeta, dibagi menjadi 3 ordo:
1.
Ordo Acanthobdellia
Mempunyai
setae, hanya satu marga yang ada, ditemukan di Finlandia dan Rusia.
Tidak punya
alat isap pada anterior
Pada segmen 2-4
terdapat dua pasang seta tiap ruas
Contoh: Acanthobdella
2.
Ordo
Gnathobdellia
Punya alat isap
anterior & posterior
Lintah bergigi
tiga buah (walau kadang-kadang tereduksi); mulut lebar, hampir menyatu denga
bibir batil isap oral; biasanya barmata 5 pasang.
Punya 3 buah
rahang, pharink tidak dapat dijulurkan
Contoh:
Hirudo medicinalis, Haemadipsa
3.
Ordo
Rhynchobdellida
Lintah degan
proboscis yang eversible; mulut kecil, di tengah batil isap oral; kelompok
glossiphoniid hidup di air tawar, kelompok piscicolid hidup sebagai parasit
ikan, contoh: Galssiphonia.
Punya anterior
sucker/tidak
Tidak punya
rahang, tapi punya belalai
Hirudo
medicinalis (lintah)
Ø Adapun bentuk morfologinya adalah sebagai berikut:
Pipih,
tidak berambut, pada ujung anterior dan posterior terdapat alat penghisap.
Mulut terletak pada alat penghisap bagian anterior yang dilengkapi.
Ø Sistem respirasi
Melalui
permukaan tubuh
Ø Sistem ekskresi
Dilakukan
oleh 17 pasang nephridium
Ø Sistem reproduksi
Hermaprodit,
tetapi sel telur dari satu hewan dibuahi oleh sperma dari hewan lain.
Ø Habitat
Air
tawar, laut, dan darat
Ø Makanan
Cacing,
larva serangga, invertebrate laih, darah.[9]
D.
Fisiologi Filum Annelida
Annelida
memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan
segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem
ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling
berhubungan menembus septa. Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan
dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya
terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
Respirasi
yang terjadi pada Annelida dengan cara aerob, O2 & CO2
berdifusi via kulit menggunakan epidermis pada seluruh permukaan tubuh, namun
ada juga yang menggunakan insang pada polychaeta. Hanya terjadi ketika kulit
dalam kondisi lembab.
Sistem
pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), usus, dan anus. Annelida sudah mempunyai alat pencernaan
makanan, mereka mencerna makanannya secara ekstraseluler. Sistem pencernaan
annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan),
usus, dan anus. Mulut dilengkapi gigi kitin yang berada di ujung depan
sedangkan anus berada di ujung belakang.
Cacing
ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah
tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh
darah yang melingkari esophagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
System
peredaran darah cacing
Sistem saraf annelida adalah sistem saraf
tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior. Sistem saraf Annelida adalah sistem saraf
tangga tali. Terdiri dari ganglion otak dihubungkan dengan tali saraf yang
memanjang sehingga berupa tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring
pada anterior. Susunan syaraf terdiri atas anterior, dorsal ganglionic mass,
disebut otak. Atau sebuah benang syaraf yang panjang dengan ganglionic swelling
dan syaraf lateral pada tiap ruas.
Ekskresi
dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan
nefrotor. Nefridia (tunggal-nefridium) merupaka organ ekskresi yang terdiri
dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor
merupaka pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ
ekskresi tiap segmen tubuhnya.
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual
dengan pembantukan gamet. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi,
yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan
individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris). Annelida
umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet, memiliki klitelum
sebagai alat kopulasi. Klitelum adalah struktur reproduksi yang mengsekresi
cairan & membentuk kokon tempat deposit telur. Namun ada juga yang
bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual
Annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang
terpisah pada individu lain (gonokoris) melalui larva trochophore berenang
bebas.
E.
Siklus
Hidup Annelida
Annelida adalah hewan hemafrodit. Setiap individunya
memiliki organ reproduksi jantan dan betina. Namun, annnelida tidak dapat
bereproduksi tanpa kontribusi dari pasangan. Berikut ini siklus hidup annelid,
yaitu:
·
Telur Peletakan
Cacing tanah, mungkin Annelida paling
akrab, sebelum bertelur dua cacing
mengikatkan diri satu sama lain, sementara
cacing setiap melewati paket sperma yang lain. Setelah kawin, itu luas pelana
seperti band pada cacing (disebut clitellum) mengeluarkan selubung lendir yang
mulai bergerak ke arah kepala dari worm. Ketika bergerak maju, cacing
mengeluarkan sperma dan telur ke dalam sarungnya, yang akhirnya membentuk
kepompong telur. Annelida Terestrial bertelur di dalam tanah, sedangkan annelida akuatik deposit atau melampirkan kokon telur mereka
untuk tanaman atau pada substrat tanah. Polychaetes laut berubah menjadi tahap
reproduksi disebut epitoke sebelum kawin. Epitokes Para polychaete jantan dan betina melepaskan
sperma dan telur ke dalam air.
·
Tahap Larva
Polychaetes laut memiliki tahap larva
yang hidup bebas, yang disebut "trokofor”. Trokofor akhirnya berubah menjadi bentuk dewasa.
·
Tahap dewasa habitat
larva baru menetas
atau bermetamorfosis
akan menjadi habitat dewasa. Annelida dewasa Sebagian besar hidup dalam tanah.
Polychaetes laut hidup di substrat tanah dari habitat perairan mereka. Beberapa
polychaetes laut membuat tabung di lumpur, dan tabung ini agak kaku memberikan
perlindungan. Annelida parasit lainnya adalah hidup bebas.
·
Tahap dewasa sesungguhnya
Annelida paling dewasa menelan tanah,
mencerna nutrisi organik dan mengeluarkan sisa makanan anorganik, misalnya pasir. Beberapa spesies parasit seperti
lintah, bagaimanapun, memakan organisme lain. Beberapa spesies bahkan memangsa
invertebrata lainnya.
F.
Peranan
Annelida dalam kehidupan dan dalam perspektif islam
Annelida ada yang bersifat merugikan dan
menguntungkan, namun sebagian besar Annelida bersifat menguntungkan bahkan ada
yang dapat dijadikan sebagai bahan konsumsi di beberapa daerah, contohnya cacing
wawo (Lysidice oele), dan cacing palolo ( Eunice viridis). Kedua
cacing tersebut biasa dikonsumsi oleh manusia di beberapa tempat di Indonesia.
Selain itu, beberapa contoh spesies Annelida yang menguntungkan antara lain: Lumbricus
rubella yang memegang peranan penting bagi agroekosistem, cacing tersebut
memproses sampah tanaman dan mengubahnya menjadi permukaan tanah sehingga kaya
nutrisi. Cacing tersebut juga berperan sebagai dekomposer dan menghasilkan
senyawa-senyawa bioaktif dan enzim-enzim penghancur benda mati sehingga tidak
mengherankan jika cacing dijadikan bahan pengobatan contohnya untuk typhus dan
bahan pembuat kosmetik. Selain itu ada juga spesies yang biasa digunakan dalam
ilmu kedokteran yaitu Hirudo medicinalis. Annelida berperan sebagai
detritivor dalam ekosistem. [10]
Dalam perspektif islam, filum annelida tidaklah mempunyai peranan,
melainkan filum annelida itu dipandang sebagai hewan yang kotor dan menjijikkan. Oleh karena itu dengan tubuhnya yang
menjikkan annelida itu dihukumi hewan yang diharamkan. Sebagaimana Allah menjelaskan di dalam surah al-araf ayat 157yang bebunyi
:
tûïÏ%©!$# cqãèÎ7Ft
tAqߧ9$# ¢ÓÉ<¨Z9$# ¥_ÍhGW{$# Ï%©!$# ¼çmtRrßÅgs $¹/qçGõ3tB öNèdyYÏã Îû Ïp1uöqG9$# È@ÅgUM}$#ur NèdããBù't Å$rã÷èyJø9$$Î/ öNßg8pk÷]tur Ç`tã Ìx6YßJø9$# @Ïtäur ÞOßgs9 ÏM»t6Íh©Ü9$# ãPÌhptäur ÞOÎgøn=tæ y]Í´¯»t6yø9$# ßìÒtur öNßg÷Ztã öNèduñÀÎ) @»n=øñF{$#ur ÓÉL©9$# ôMtR%x. óOÎgøn=tæ 4 úïÏ%©!$$sù
(#qãZtB#uä ¾ÏmÎ/ çnrâ¨tãur çnrã|ÁtRur (#qãèt7¨?$#ur uqZ9$# üÏ%©!$# tAÌRé& ÿ¼çmyètB y7Í´¯»s9'ré&
ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÎÐÈ
(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi
yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang
ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang
mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang
baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang
beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang
yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
“ dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk ”
Tetapi Allah
maha adil, Dia menciptakan semua yang ada di dunia ini tidaklah dengan sia-sia,
melainkan mempunyai peranan tersendiri. Filum annelida yang dipandang sebagai
hewan yang kotor dan menjijikkan mempunyai peranan tersendiri. Misalnya cacing
tanah, cacing tanah ini merupakan hewan yang di anggap oleh manusia sebagai
hewan yang menjijikkan, tetapi berbeda dengan mahluknya, Allah menciptakan
cacing ini sebagai hewan yang ikut membantu menyuburkan tanah. Karena di dalam
tubuh cacing mengandung nutrien sehingga menyebabkan tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut
bisa menjadi subur. Selain cacing tanah, bangsa lintah-lintahan meskipun terlihat
menyeramkan dengan bisa menyedot darah, namun lintah juga dapat berguna sebagai
alat bantu pengobatan dengan metode sedot lintah.
Sebagaimana
Allah menjelaskan di dalam al-qur’an surah Ali Imran:191. Yang isi kandungannya
yaitu bahwasannya Allah menciptakan
segala sesuatu itu tidaklah sia-sia.
ûïÏ%©!$# tbrãä.õt ©!$# $VJ»uÏ% #Yqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ
191. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Annelida
yang sering juga disebut Annulata adalah salah satu jenis cacing yang
bersegmen.
2.
Annelida merupakan hewan simetris bilateral ceolomata,
mempunyai sistem peredaran darah yang tertutup dan sistem syaraf yang tersusun
seperti tangga tali. Annelida memiliki system digesti, saraf, ekskresi dan
reproduksi yang bersifat metamerik.
3.
Ciri-ciri
yang dapat dilihat dan diamati pada bagian luar tubuh dari hewan yang termasuk
dalam filum annelida, diantaranya:
a)
Memiliki
tubuh yang bersegmen
b)
Tubuh
berbentuk tubular memanjang atau gilig
c)
Memiliki
tubuh yang simetri bilateral
d)
Memiliki
septa yang memisahkan setiap ruas segmen
e)
Tubuhnya
licin
f)
Mengandung
rambut-rambut kaku (setae)
g)
Memiliki
alat untuk berenang (parapodia)
4.
Ciri
Anatomi
Ciri-ciri
bagian dalam tubuh hewan yang termasuk dalam filum annelid, yaitu:
a)
Memiliki
tiga lapisan tubuh (tripoblastik) yakni, eksoderm, meksoderm dan endoderm.
b)
Berkutikula
sehingga licin tubuhnya
c)
Memiliki
alat ekskresi berupa sepasang nefridia
d)
Hemafrodit
5.
Sebagian besar Annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian
yang parasit (merugikan karena menempel pada inangnya) dengan menempel pada
vertebrata, termasuk manusia. Habitat Annelida umumnya berada di dasar laut dan
perairan tawar, dan juga ada yang sebagian hidup di tanah atau tempat-tempat
lembab. Annelida hidup di berbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
6.
Filum
Annelida dibagi menjadi 7 (tujuh) kelas berdasarkan segmentasi tubuh, yaitu:
1) Polychaeta
2) Oligochaeta
3) Archiannelida
4) Echiroidea
5) Myzostoma
6) Gephyrea
7) Hirudinea
7.
Respirasi yang terjadi pada Annelida dengan
cara aerob, O2 & CO2 berdifusi via kulit menggunakan
epidermis pada seluruh permukaan tubuh, namun ada juga yang menggunakan insang
pada polychaeta. Hanya terjadi ketika kulit dalam kondisi lembab.
8.
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang
terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.
9.
Sistem saraf annelida adalah sistem saraf
tangga tali.
10.
Sistem pencernaan annelida sudah lengkap,
terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus. Annelida
sudah mempunyai alat pencernaan makanan, mereka mencerna makanannya secara
ekstraseluler.
11.
Siklus hidup Annelida adalah telur-larva
(trokofor)-dewasa dalam habitat-dewasa
12.
Peranan
Annelida bagi Kehidupan manusia, sebagai berikut diantaranya:
§ Untuk dikonsumsi
§ Untuk pengobatan sedot lintah
§ Sebagai decomposer dalam ekosistem, dll.
13.
Peranan
Annelida dalam perspektif islam, cacing-cacingan dalam islam dikategorikan
sebagai hewan yang menjijikan, sesuai dengan firman Allah QS. Al A’raf ayat
157. Sehingga cacing-cacingan diharamkan untuk dimakan. Namun, Allah tentunya
menciptakan makhluk di muka bumi ini dengan banyak manfaat dan tidak sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
Brotodjoyo,
Hikayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta
Pujiyanto,
Sri. 2008. Menjelajahi Dunia Biologi. Jakarta: Tiga Serangkai
Rusyana,
Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktikum). Alfabet: Ciamis
Gurungblog.
2008. Annelida Avertebrata. http://www.gurungblog.com diakses pada Jum’at, 5 September 2013 pukul 12.00
[1] Neil A.
Champbell, dkk. Biologi Edisi 8 2008 hal.253
[2] Hikayat
Djarubito Brotodjoyo. Zoologi Dasar. 1998 hal.99
[3] Hikayat
Djarubito Brotodjoyo. Zoologi Dasar. 1998 hal.100
[4] Sri Pujiyanto.
Menjelajah Dunia Biologi. 2008 hal. 222
[5] Hikayat
Djarubito Brotodjoyo. Zoologi Dasar. 1998 hal.100
[6] Hikayat
Djarubito Brotodjoyo. Zoologi Dasar. 1998 hal.102
[7] Adun Rusyana.
2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktikum) hal. 78-80
[9] Adun Rusyana.
2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktikum) hal. 80
[10] Sri Pujiyanto.
Menjelajah Dunia Biologi. 2008 hal. 222
Terus dikembangkan ka makalahnya, bisa jadi referensi https://kutubuku.org/annelida/
BalasHapus