BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Implementasi
kurikulum yang dikembangkan pada jenjang pendidikan menekankan pembelajaran pada aspek kinerja
siswa. Fungsi dan peranan guru hanya sebagai mediator dan fasilitator, siswa
lebih proaktif untuk merumuskan sendiri tentang fenomena yang berkaitan dengan
fokus kajian secara kontekstual, bukan secara tekstual. Pembelajaran
kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan.
Pembelajaran
bertujuan untuk memotivasi siswa agar dapat menghubungkan pengetahuan yang
diperoleh dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan warga masyarakat. Proses belajar akan sangat efektif bila
pengetahuan baru diberikan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah
dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan yang diberikan hendaknya ada hubungan
yang erat dengan pengalaman nyata siswa sesungguhnya. Salah satu pembelajaran
yang diterapkan disekolah SMA adalah pembelajaran sains. Pembelajaran sains
memiliki peran yang sangat penting dalam menyiapkan anak memasuki dunia
kehidupannya. Sains pada hakekatnya merupakan sebuah produk dan proses.
Produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Sedangkan proses
sains meliputi cara-cara memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan
yang mencakup cara kerja, cara berfikir, cara memecahkan masalah, dan cara
bersikap. Mata pelajaran sains yang diterapkan disekolah salah satunya Biologi.
Ilmu Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat serta dapat memecahkan masalah dan membuat keputusan yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari.
Namun
sayangnya dibeberapa sekolah dari hasil implementasi kurikulum, proses
pembelajaran di Indonesia khususnya dibidang Biologi umumnya masih bertumpu
pada bagaimana memahami konsep, prinsip, dan menghafal istilah dalam Biologi.
Proses pembelajaran yang diterapkan belum menjadi sarana untuk memberdayakan
keterampilan berpikir kreatif siswa. Sebagaian ahli pakar pendidikan menyatakan
bahwa kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki oleh lulusan pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi masih rendah, dikarenakan keterampilan berpikir ini
belum ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penanganan keterampilan berpikir
kreatif sangat penting diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran, khususnya
dalam mata pelajaran Biologi.
Materi
pelajaran Biologi akan berhasil apabila materi yang disampaikan oleh guru dapat
dipahami oleh siswa, sehingga siswa dapat melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk mewujudkan hal itu seorang guru harus mampu menerapkan
metode, model dan strategi pembelajaran dengan baik dan benar. Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik apabila model
dan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru sesuai dan dapat dipahami
oleh siswa. Salah satu model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam
pembelajaran Biologi disekolah adalah model pembelajaran sains teknologi
masyarakat. Model ini sangat tepat dalam pembelajaran Biologi karena mudah
dipahami oleh siswa dan membantu siswa untuk dapat berpikir kritis. Dengan
penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM), siswa SMA akan
mendapatkan pengalaman yang lebih dalam pembelajaran. Siswa akan mengenal dunia
lingkungan dan teknologi yang berkembang di masyarakat. Adanya model STM ini
bertujuan untuk mengembangkan berpikir kreatif siswa SMA pada pembelajaran
Biologi.
Demi mempermudah penerapkan
model pembelajaran ini, guru dapat mengkolaborasikannya dengan strategi pembelajaran
Reciprocal Teaching (RT) sehingga siswa akan lebih mudah memahami mata pelajaran
Biologi dan memiliki keterampilan berpikir secara kreatif. Untuk lebih
mengetahui bagaiamana penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
(STM) dan strategi pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap pemahaman siswa
SMA dalam pembelajaran Biologi demi meningkatkan keterampilan kreatif siswa
maka penulis akan memaparkannya dalam bentuk makalah.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat?
2. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran Reciprocal Teaching?
3. Bagaiamana penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
dan strategi pembelajaran Reciprocal Teaching dalam pembelajaran Biologi?
4. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan
strategi pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap keterampilan berpikir
kreatif siswa SMA?
5. Apa manfaat model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan
strategi pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap siswa dalam memahami materi pembelajaran
Biologi?
C.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM)
2. Mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran Reciprocal
Teaching
3. Mengetahui penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
(STM) dan strategi pembelajaran Reciprocal Teaching dalam pembelajaran Biologi
4. Mengetahui pengaruh model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
dan strategi pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap keterampilan berpikir
kreatif siswa SMA
5. Mengetahui manfaat model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
dan strategi pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap siswa dalam memahami
materi pembelajaran Biologi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Dalam proses pembelajaran, model
dan strategi merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk menunjang
keberhasilan guru dalam mengajar. Pembelajaran Biologi di SMA merupakan salah
satu pembelajaran yang berkaitan dengan konsep kehidupan beserta lingkungannya.
Agar siswa dapat memahami dan mengamalkan materi Biologi dalam kehidupan, salah
satu langkah guru adalah menerapkan model pembelajaran yang berarti. Salah satu
model pembelajaran yang cocok diterapkan dalam pembelajaran Biologi adalah
model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pernyataan penulis ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh Smarabawa dkk (2013) yang menjelaskan bahwa dalam pembelajaran
Biologi, siswa membutuhkan strategi dan model yang selalu mengacu pada isu
lingkungan serta dapat mengembangkan literasi sains dan teknologi. Lebih lanjut
Smarabawa dkk (2013) menjelaskan bahwa model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM) adalah model pembelajaran
yang memanfaatkan isu-isu sains yang ada di lingkungan sekitar siswa untuk
dibahas dalam pembelajaran. Model pembelajaran STM adalah salah satu model
pembelajaran secara teori yang mampu memfasilitasi siswa dalam pembentukan
pemahaman konsep biologi.
Penulis menambahkan model
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah suatu model yang
menerapkan sains (dalam hal ini Biologi) dengan kehidupan yang nyata melalui
eksperimen (percobaan) dengan memanfaatkan teknologi tertentu. Sebagaimana yang
kita ketahui, Biologi merupakan ilmu sains yang dalam perkembangannya selalu
mengalami perubahan. Maka dari itu seorang guru Biologi dalam proses
pembelajaran harus memberikan keluasan bagi siswanya dalam mencari informasi
dan melakukan eksperimen (percobaan). Model
pembelajaran STM melibatkan siswa dalam penentuan tujuan pembelajaran, prosedur
pelaksanaan pembelajaran, pencarian informasi bahan pembelajaran dan bahkan
pada evaluasi belajar. Tujuan utama model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM) yaitu agar dihasilkan siswa-siswa yang memiliki bekal ilmu dan
pengetahuan agar nantinya mampu mengambil keputusan-keputusan terkait
masalah-masalah dalam masyarakat.
B.
Pengertian Strategi Pembelajaran Reciproal Teaching (RT)
Palincsar 2002 (dalam Sarwinda,
2013) menjelaskan bahwa strategi Reciproal
Teaching (RT) adalah pendekatan konstruktivis yang
didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan keterampilan
metakognitif melalui pengajaran, dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan
keterampilan membaca pada siswa yang berkemampuan rendah. RT adalah prosedur pengajaran
atau strategi yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang
strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami bacaan dengan
baik. Menurut Doolittle, dkk 2006 (dalam Sarwinda, 2012) RT secara spesifik merupakan
pengajaran timbal balik berdasarkan pada masyarakat yang aktif, interaksi
keduanya antara siswa-guru dan siswa, dimana pengetahuan dibangun dari teks
yang diberikan dan dimusyawarahkan didalam komunitas percakapan dan tidak hanya
ditransfer dari guru ke siswa saja.
Penulis menambahkan strategi
pembelajaran Reciproal Teaching (RT)
merupakan strategi pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
pengajuan pertanyaan yang dimana siswa dituntut untuk memiliki keterampilan
membaca. Strategi ini sangat baik sekali apabila diterapkan pada pembelajaran
Biologi karena dari membaca siswa akan membuktikannya dengan eksperimen. Dari
hasil percobaan atau eksperimen yang dilakukan, siswa akan menimbulkan sebuah
pertanyaan dan jawaban masing-masing siswa sehingga diskusi antar siswa akan
berjalan dengan lancar.
C. Penerapan Model Pembelajaran
STM dan Strategi Pembelajaran RT dalam Pembelajaran Biologi
Mata pelajaran Biologi merupakan bagian
dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry)
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mata
pelajaran Biologi pada tingkat SMA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Biologi menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah (BNSP 2006 dalam Sarwinda, 2013).
Salah satu model pembelajaran yang
dapat diterapkan oleh guru pada saat proses pembelajaran diantaranya model
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Model pembelajaran STM
sebagaimana dijelaskan Akcay (2015) semakin banyak diterapkan di K-12 program
pendidikan sains di seluruh dunia karena dampaknya sangat baik dalam
mempersiapkan pembelajar seumur hidup yang dapat berpartisipasi secara efektif
pada teknologi ekonomi. Poedjiadi 2005
(dalam Smarabawa dkk, 2013) menjelaskan bahwa model pembelajaran STM sangat
mempertimbangkan pengetahuan awal siswa dan memberikan peluang bagi siswa untuk
mengungkap gagasan-gagasannya. Pengetahuan awal merupakan pengetahuan
keterampilan dan kemampuan yang dibawa oleh siswa ke dalam proses pembelajaran.
Gagasan siswa merupakan pengetahuan pribadi yang dibangun melalui proses
informal dalam proses memahami pengalaman sehari-hari. Belajar bukan dipandang
sebagai transmisi informasi atau pengisian bejana kosong, tetapi lebih sebagai
suatu proses pengkontruksian aktif pada basis konsepsi-konsepsi yang telah ada
yaitu berupa pengetahuan awal siswa.
Guru hanya berperan sebagai
mediator dan fasilitator. Materi yang dipelajari oleh siswa melalui model
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) diambil dari isu sains teknologi
yang ada di lingkungan sekitar siswa. Selain itu, siswa diberikan kesempatan
mengekplorasi kemampuannya untuk mencarikan solusi terhadap isu yang ditemukan.
Hal inilah yang menyebabkan siswa menjadi tertarik untuk belajar dan
mengoptimalkan kemampuan berpikirnya dalam mencari berbagai solusi atau
pemecahan masalah dari isu sains dan teknologi yang dibahas dalam pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya dituntut untuk mencari sebuah
masalah dari permasalahan tetapi mencari berbagai solusi alternatif
sebanyak-banyaknya (Poedjiadi 2005 dalam Smarabawa dkk, 2013).
Penulis menuturkan bahwa pembelajaran
Biologi di SMA dengan memakai model STM dapat dikolaborasikan dengan strategi
pembelajaran Reciprocal
Teaching (RT). Hal ini bertujuan agar pemahaman siswa tentang Biologi semakin
luas dan siswa diharapkan mampu berpikir secara kreatif. Sehingga untuk
mengkolaborasikannya guru Biologi harus mengenal sintaks model pembelajaran STM
dan aspek-aspek strategi pembelajaran RT. Sebagaimana yang dijelaskan Yager
1996 (dalam Smarabawa dkk, 2013) model pembelajaran STM memiliki enam domain konsep sains yang meliputi
upaya untuk meningkatkan pemahaman berupa fakta-fakta, informasi, hukum-hukum,
prinsip-prinsip dan penjelasan-penjelasan keberadaan sesuatu dan teori yang
digunakan sains serta memberikan bekal kepada siswa untuk memfokuskan pada
muatan sains.
Sintaks model pembelajaran STM yang
dikembangkan oleh Poedjiadi 2005 (dalam
Smarabawa dkk, 2013) adalah fase 1 (tahap apersepsi); fase 2 (tahap
pembentukan konsep); fase 3 (tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah) ;
fase 4 (tahap pemantapan konsep); fase 5 (tahap penilaian). Melalui sintaks
model pembelajaran STM siswa dapat menumbuhkan sekaligus memahami konsep
biologi dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Dalam model pembelajaran STM
sebagaimana dijelaskan Anderson dkk 2001 (dalam Smarabawa dkk, 2013) terdapat
delapan indikator pemahaman konsep yang meliputi menginterpretasi, memberikan,
mencontohkan, mengklasifikasi-kan, merangkum, menduga, membandingkan, dan menjelaskan.
Menurut Bakar dkk (2006) tujuan dari model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM) adalah untuk melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah
melalui identifikasi di lingkungan kehidupan atau alam sekitar. Sedangkan menurut
Sarwinda (2013) dalam strategi pembelajaran RT terdapat 4 aspek pemahaman dan
pengaturan diri spesifik yang diajarkan pada RT yaitu merangkum bacaan (summarizing),
menyusun pertanyaan (questioning), memprediksi materi lanjutan (predic-
ting), dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami (clarifying).
Potensi RT dalam memberdayakan keterampilan berpikir kreatif siswa
dapat dilihat dari penjabaran sintaks srategi RT (Sarwinda, 2013).
Menurut Akcay
Behiye dan Akcay Hakan (2015) model STM dan strategi pembelajaran RT
dapat membantu siswa dalam memahami sifat konsep ilmu pengetahuan dan
memberikan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan. Guru memiliki peran penting
dalam membantu proses belajar mengajar siswa. Akcay & Yager 2010 (dalam Akcay Behiye
dan Akcay Hakan, 2015) menambahkan siswa memiliki kesempatan untuk
memilih masalah atau isu dari kehidupan nyata untuk menyelidikinya. Mereka
didorong untuk mencari masalah mereka serta dapat menerapkan konsep-konsep yang
baru.
Penulis menyimpulkan bahwa
kolaborasi model pembelajaran STM dengan strategi pembelajaran RT sangat baik
sekali. Hal ini terlihat pada sintaks model pembelajaran STM. Guru dapat
menerapkan aspek-aspek strategi pembelajaran RT seperti menyusun pertanyaan dan
mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami pada saat melakukan proses
pembelajaran dengan memakai model pembelajaran STM. Apabila seorang guru dapat
mengkolaborasikan model pembelajaran STM dengan strategi pembelajaran RT,
penulis meyakini bahwa siswa akan mampu memahami materi Biologi yang
disampaiakan.
D. Pengaruh Model Pembelajaran
STM dengan Strategi Pembelajaran RT terhadap Berpikir Kreatif Siswa
Pembelajaran didalam kelas maupun
diluar kelas merupakan bagian yang penting dari proses pendidikan. Guru
memegang peranan yang besar dalam mengorganisasikan kelas sebagai bagian dari
proses pembelajaran dan siswa sebagai objek yang sedang belajar (Rahayuningsih
2010 dalam Sarwinda, 2013). Jika diperhatikan setiap aspek keterampilan
berpikir kreatif siswa meliputi kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility),
keaslian (originality) dan berpikir elaborative (elaboration).
Aspek keterampilan berpikir kreatif yang muncul paling baik adalah kelancaran
dalam memulai kata. Hal ini disebabkan karena keterampilan ini sering
dilatihkan terutama dalam kehidupan sehari-hari. Aspek keterampilan kreatif
dalam mengelaborasi skor rata-ratanya paling rendah. Keterampilan ini masih
dianggap abstrak oleh siswa (Smarabawa dkk, 2013).
Lebih lanjut Smarabawa dkk (2013) menjelaskan
berpikir kreatif penting dipupuk dan dikembangkan karena dengan berkreasi orang
dapat mewujudkan dirinya. Pemikiran kreatif perlu dilatih karena mampu membuat
siswa lancar dan luwes (fleksibel) dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah
dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak gagasan. Munandar 1999
(dalam Smarabawa dkk, 2013) mengemukakan alasan mengapa kreativitas pada diri
siswa perlu dikembangkan. Pertama,
dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan dirinya (self actualization)
sehingga hal ini merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mewujudkannya. Kedua, setiap orang memandang bahwa
kreativitas itu perlu dikembangkan, namun perhatian terhadap pengembangan
kreativitas itu belum memadai khususnya dalam pendidikan formal. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif
tidak hanya bermanfaat tapi juga memberikan kepuasan tersendiri. Keempat, kreativitas yang memungkinkan
manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Secara teori model pembelajaran STM
dapat digunakan untuk menumbuhkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir
kreatif secara sekaligus dalam pembelajaran. Model pembelajaran STM terfokus
pada enam domain sains diantaranya domain kreativitas yang dapat menumbuhkan
keterampilan berpikir kreatif. Kemampuan dalam domain kreativitas diantaranya
kemampuan visualisasi, menggabungkan objek-objek dan ide-ide dalam cara-cara
baru, memecahkan masalah, menyarankan alasan-alasan yang mungkin, menghasilkan
ide-ide yang tidak biasa (Yager 1996 dalam Smarabawa dkk, 2013).
Mata pelajaran biologi yang ada
disekolah SMA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan
proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati,
mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan
selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,
menggolongkan dan menafsirkan data, mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan
atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk
menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah dibidang biologi yang terkait
dengan kehidupan sehari-hari (Sarwinda, 2013).
Penulis menambahkan dari sintaks
model pembelajaran STM dengan aspek yang terdapat dalam strategi pembelajaran
RT dapat memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebagai
contoh pada fase kesatu yaitu tahap apersepsi siswa diberi kesempatan untuk
menyampaikan isu-isu sains teknologi di masyarakat dengan aspek yang dimiliki
seperti merangkum bacaan atau merangkum berita yang diketahui siswa. Menurut Smarabawa
dkk (2013) apa yang didengar dan apa yang dilihat di lingkungan sekitar siswa
yang belum dipahami dapat diungkapkan oleh siswa secara terbuka. Isu-isu selanjutnya
akan dibahas secara berkelompok pada fase ketiga yaitu tahap aplikasi konsep.
Di fase ini siswa dapat mendiskusikan dengan teman-temannya untuk mencari
jawaban yang benar tentang isu-isu yang sudah diidentifikasi. Disamping itu
kreativitas perlu menyertai keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik
karena dengan selalu tanggap pada situasi sekelilingnya siswa akan selalu
berpikir memperoleh ide original untuk disumbangkan kepada masyarakat. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaufman & John 2002 (Smarabawa
dkk, 2013) dengan judul “Creative Thinking In Different Domains”
membuktikan betapa pentingnya melatih keterampilan berpikir kreatif dalam diri
siswa. Keterampilan berpikir kreatif merupakan salah satu domain sains yang
penting dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran sains teknologi
masyarakat mendayagunakan kemampuan berpikir dalam proses kognitif yang
melibatkan proses mental dan dihadapkan pada kompleksitas suatu permasalahan
yang ada didunia nyata sehingga siswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh
dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah, penguasaan sikap positif,
keterampilan secara bertahap dan berkesimambungan (Ardi 2010 dalam Smarabawa
dkk, 2013). Wrage dan Hlebowitsh 1991 (dalam Bakar dkk, 2006) menambahkan model
pembelajaran STM dan strategi pembelajaran RT dapat mendorong dan meningkatkan
siswa dalam berpikir secara ilmiah. Ini adalah aspek utama untuk mempersiapkan
kehidupan di masyarakat.
Berpikir sains mengarah pada
pengembangan berpikir tingkat tinggi salah satunya berpikir kreatif. Berpikir
kreatif didefinisakan secara berbeda-beda. Munandar 2002 (dalam Sarwinda, 2013) menyatakan bahwa berpikir kreatif
(kreativitas atau berpikir divergen) adalah kemampuan berpikir berdasarkan data
atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, kepatutan dan
keragaman jawaban. Lebih lanjut Munandar 2002 dan Guilford 1965 (dalam
Sarwinda, 2013) mengemukakan bahwa terdapat lima ciri keterampilan berpikir
kreatif yang dikembangkan dalam strategi pembelajaran RT, yaitu: (1)
keterampilan berpikir lancar (fluency) ditandai dengan perilaku siswa
yang mengajukan banyak pertanyaan, mencetuskan banyak gagasan, jawaban,
penyelesaian masalah memberikan banyak cara atau saran dalam melakukan berbagai
hal; (2) keterampilan berpikir luwes (flexibility) ditandai dengan
prilaku siswa yang dapat menghasilkan jawaban, gagasan atau pertanyaan yang
bervariasi; (3) keterampilan berpikir orisinil (originality) mampu
melahirkan ungkapan baru yang unik berbeda dari yang lain, dan memikirkan
cara-cara atau membuat kombinasi yang tidak lazim dari suatu bagian; (4)
keterampilan mengelaborasi (elaboration) mampu memperkaya, mengembangkan
suatu gagasan atau produk, dan menambahkan atau merinci detail-detail dari
suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik; dan (4)
keterampilan mengevaluasi (evaluation) menentukan patokan penilaiannya
sendiri, mampu mengambil keputusan terhadap situasi, dan tidak hanya
mencetuskan gagasan tetapi juga melakukannya.
Menurut Yager 1996 (dalam Smarabawa
dkk, 2013) model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) sebagai salah
satu model pembelajaran inovatif yang memanfaatkan isu lingkungan dalam proses
pembelajaran, secara teori mampu membentuk individu yang memiliki kemampuan
untuk menumbuhkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif. Penulis
menambahkan bahwa dengan model pembelajaran STM (Sains Teknologi Masyarakat)
dan strategi pembelajaran RT maka kreativitas siswa akan bertambah dan
pengetahuan siswa akan meningkat. Karena model yang diterapkan ini pembelajaran
langsung dengan dunia nyata. Proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran STM dan strategi pembelajaran RT bersifat kontekstual artinya
langsung mengaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Hal ini senada dengan
penuturan yang disampaikan oleh Lestari dkk 2005 (dalam Smarabawa dkk,
2013) mengenai manfaat model
pembelajaran STM dan strategi pembelajaran RT seperti: kegiatan belajar menjadi
lebih menarik dan tidak membosankan, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih
tinggi. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan pada situasi
dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami; bahan yang dipelajari lebih
faktual sehingga kebenarannya dapat dibuktikan; kegiatan belajar siswa menjadi
lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara;
sumber belajar menjadi lebih kaya; siswa dapat memahami dan menghayati aspek
kehidupan yang ada di lingkungannya.
Penulis memberikan kesimpulan bahwa
dengan mengkolaborasikan model pembelajaran STM dan strategi pembelajaran RT,
siswa diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman nyata, mengembangkan
gagasannya sehingga siswa diharapkan akan terbiasa sekaligus mampu membangun pengetahuannya
sendiri secara aktif tentang fenomena alam yang ditemuinya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini bisa terjadi karena pada sintaks model STM siswa diberi
kesempatan untuk menggali dan sekaligus menginformasikan isu-isu tentang sains
dan teknologi yang ditemukan di masyarakat dan mendiskusikannya untuk mencari
jawaban dengan menggunakan pemahaman konsep yang dimilikinya. Dan pada aspek
pembelajaran RT siswa akan belajar untuk menyusun pertanyaan. Keterampilan
berpikir lancar (fluency) ditandai dengan perilaku siswa yang mengajukan
banyak pertanyaan, mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah
memberikan banyak cara atau saran dalam melakukan berbagai hal. Kegiatan
pembelajaran seperti ini tentunya dapat membuat siswa lebih bergairah dan
termotivasi untuk belajar. Hal ini didukung oleh penelitian Wardani 2008 (dalam
Smarabawa dkk, 2013) yang berjudul “Experimentasi Pendekatan Sains teknologi
Masyarakat dalam kaitannya dengan Pencapaian Hasil belajar Mata Pelajaran
Biologi Ditinjau dari Motivasi Belajar” yang menyatakan bahwa siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi memiliki hasil belajar yang tinggi pada saat
belajar dengan model STM.
Selain berpengaruh terhadap siswa,
model pembelajaran STM dan strategi pembelajaran RT juga memberikan pengaruh
terhadap guru sebagai mediator atau fasilitator. Menurut Bakar dkk (2006) guru
Biologi akan lebih bertanggung jawab untuk memecahkan masalah dan menyadari
efektivitas ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan masyarakat. Selain
itu, guru akan lebih berupaya untuk kerjasama dengan rekan-rekannya daripada
bekerja sendirian didalam mengembangkan model pembelajaran STM dan strategi
pembelajaran RT.
E.
Manfaat
Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Strategi Pembelajaran Reciprocal
Teaching terhadap Siswa dalam Pembelajaran Biologi
Penulis menuturkan bahwa model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM) dan strategi pembelajaran RT (Reciprocal Teaching) sangat baik
diterapkan oleh guru SMA pada proses pembelajaran Biologi. Hal ini akan
mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran Biologi dan mempermudah
siswa unutk berpikir secara kreatif. Penulis menjelaskan terdapat beberapa manfaat dari penerapan
model pembelajaran Sains Tekonologi Masyarakat (STM) dan strategi pembelajaran
RT (Reciprocal Teaching), diantaranya:
1. Penerapan model pembelajaran Sains Tekonologi Masyarakat (STM) dan
strategi pembelajaran RT (Reciprocal Teaching) menambah penguasaan konsep pada
diri siswa dalam kehidupan shari-hari.
2. Dengan mengetahui perkembangan terkini dilingkungan sekitar, siswa
diharapkan mampu memunculkan kreatifitasnya.
3. Model pembelajaran STM dan strategi pembelajaran RT membuat siswa
lebih semangat dalam belajar Biologi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM) adalah model
pembelajaran yang memanfaatkan isu-isu sains yang ada di lingkungan sekitar
siswa untuk dibahas dalam pembelajaran dengan memakai teknologi tertentu.
2. Reciproal
Teaching (RT)
adalah pendekatan konstruktivis yang didasarkan pada
prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan keterampilan metakognitif
melalui pengajaran, dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan
membaca pada siswa.
3. Model pembelajaran STM dapat dikolaborasikan
dengan strategi pembelajaran RT dengan tujuan agar pemahaman siswa tentang Biologi semakin luas
dan siswa diharapkan mampu berpikir secara kreatif.
4. Sintaks model pembelajaran STM dengan
aspek yang terdapat dalam strategi pembelajaran RT dapat memberikan kesempatan
siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam mengembangkan pemikiran yang
kreatif.
5. Penerapan model pembelajaran STM dan
strategi pembelajaran RT dapat memberikan manfaat bagi siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
B.
Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Akcay
Behiye dan Akcay Hakan. (2015). Effectiveness of Science-Technology-
Society
(STS) Instruction on Student Understanding of the Nature of Science.
International Journal of
Education in Mathematics, Science and Technology
Volume
3, Number 1, Page 37-45 ISSN: 2147-611X.
Bakar, Elif dkk. (2006). Preservice
Science Teachers Beliefs About Science –
Technology and Their
Implication in Society. Eurasia
Journal of Mathematics,
Science
and Technology Education Volume 2, Number 3.
Sarwinda,
Wiratamasari. (2013). Pemberdayaan Keterampilan Berpikir Kreatif
Siswa Melalui Strategi Reciprocal Teaching pada Pembelajaran
Biologi SMA.
Seminar Nasional X Pendidikan Biologi Fkip
Uns Vol 10, No 2.
Smarabawa
dkk. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat terhadap Pemahaman Konsep
Biologi dan Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa SMA. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi IPA (Volume 3).